Semarang (26/10) – Upaya memaksimalkan fungsi Bea Cukai yang dapat berdampak terhadap perekonomian nasional terus dilakukan. Pada 23 Oktober 2020, Bea Cukai Jateng DIY bersama Balai Pusat Statistik Prov. Jateng mengadakan Focus Group Discussion bertema “Potensi dan Indikator Ekonomi Jawa Tengah dalam rangka Pengembangan UKM berorientasi ekspor dengan Pemberian Fasilitas Kepabeanan”. FGD ini diikuti oleh kepala para perwakilan pejabat di lingkungan Kanwil dan Kepala KPPBC se Jateng DIY secara daring.

Di hadapan narasumber yaitu Kepala BPS Prov. Jateng, Sentot Bangun Widoyono, Kakanwil Bea Cukai Jateng DIY, Padmoyo Tri Wikanto mengatakan bahwa Bea Cukai memiliki 4 tugas dan fungsi utama yakni Trade Facilitator, Industrial Assistance, Revenue Collector dan Community Protector. Pada tusi Revenue Collector dinilai Bea Cukai telah memaksimalkan potensinya, namun pada tusi Trade Facilitator dirasa perlu dipotimalkan mengingat kehadiran fasilitas-fasilitas baru mulai marak pada decade ini. Tri menambahkan berharap agar FGD ini dapat melebarkan sayap kolaborasi DJBC dengan BPS lebih dari sekedar pertukaran data saja.

Sementara itu Sentot menginformasikan 2 hal penting terkait kondisi dan potensi perekonomian Jateng di masa pandemi. Sentot mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Jateng dimasa pandemi turun 5,94% terutama pada sektor transportasi dan pergudangan, namun juga diikuti peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 18,79%. Secara garis besar, penurunan terjadi karena beberapa hal yaitu tidak tercukupinya biaya operasional industri, tidak tersedianya bahan baku, supplier tidak dapat menyediakan kebutuhan industri, terdampak buruknya mitra kerja, dan turunnya permintaan karena pandemi.

Terkait potensi perekonomian, Sentot menjelaskan bahwa Jateng memiliki 3 potensi utama, yaitu potensi sektor pertanian, Industri dan ekonomi non-pertanian. Menariknya, pada sektor ekonomi non-pertanian, 99,19% didominasi oleh UMK dengan proporsi terbesar dibidang perdagangan besar dan eceran (43,3%), diikuti bidang industri pengolahan (24,59%) dan bidang akomodasi makanan minuman (14,9%). Pertumbuhan ekonomi daerah tertinggi di Jateng terdapat di 3 kabupaten/kota yaitu Kota Semarang, Kab. Jepara dan Kab. Banyumas. Sentot mengungkapkan bahwa dimungkinkan terjadi perkembangan UMK di 3 daerah tersebut, dan dapat berpotensi ekspor ketika UMK tersebut memiliki kualitas yang dapat bersaing pada pasar global.
Comment here