Semarang (13/04) – Guna memaksimalkan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) untuk dapat ekspor mandiri dan berkelanjutan, Bea Cukai Jateng DIY menggelar Sharing Session Business Matching UMKM pada Kamis, 13 April 2023 secara daring.
Dalam sambutannya, Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Bobby Situmorang menyampaikan bahwa acara ini digagas untuk membuat satu langkah yang sama oleh Bea Cukai Jateng DIY guna mewujudkan UMKM berorientasi ekspor.

“Empat fungsi DJBC yang salah satunya yaitu industrial assistance tentu tidak hanya bagi industri yang besar. Perlu kita sadari bahwa industri UMKM menjadi bagian dari fungsi DJBC tersebut. Untuk itu, dalam mewujudkan UMKM berorientasi ekspor, merupakan kewajiban kita untuk mengasistensi para pelaku usaha terkait proses bisnis ekspor,” ujar Bobby.
Pada kesempatan kali ini, Kepala Seksi PLI Bea Cukai Gresik Eko Rudi Hartono selaku narasumber, membagikan pengalamannya terkait business matching yang pernah dilakukan bersama tim Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik.

Ia menjelaskan bahwa business matching merupakan pertemuan bisnis yang terjadwal antara pelaku bisnis dengan calon mitra supplier maupun calon mitra distributor. Lebih lanjut ia menjelaskan teknik yang pernah dilakukannya dengan melebarkan relasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Atase Perdagangan negara tujuan.
“Pentingnya menjalin relasi dengan Kemenlu dan Atase Perdagangan sama pentingnya dengan komunikasi dengan para pelaku UMKM, asosiasi, dan Diskoperindag yang menangani UMKM tersebut. Koordinasi dan komunikasi tersebut dapat terkait penetapan harga pokok penjualan (HPP) dan mencari buyer dari luar negeri yang selama ini belum bisa dikerjakan oleh UMKM itu sendiri,” jelas Eko Rudi.
Sementara itu, Tim Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik Agus Prasetya menjelaskan terkait langkah-langkah business matching mulai dari persiapan, proses business matching, hingga pasca business matching yang juga perlu diperhatikan.
“Salah satu hal yang penting dilakukan dalam rangkaian business matching ini adalah proses presentasi yang akan dilakukan oleh pelaku UMKM itu sendiri. Terkadang UMKM merasa gugup apabila melakukan presentasi atau pengenalan produk secara langsung, hal itu dapat disiasati dengan pembuatan video Youtube dalam format Bahasa Inggris yang berisi company profile, pengenalan produk, dan value perusahaan,” tutur Agus.

Pada kesempatan kali ini, Kepala Seksi PKC VI Bea Cukai Yogyakarta Turanto juga membagikan pengalaman terkait business matching. Turanto menjelaskan bahwa sebelum mengenalkan UMKM kepada pihak dari luar negeri, yang harus dipastikan terkait kekuatan UMKM tersebut.
“Hal penting lainnya yang harus dipersiapkan dari UMKM antara lain adalah kapasitas produksi, konsistensi kualitas, dan packaging. Hal tersebut kami siasati dengan membuat dapur bersama sesuai dengan produk unggulannya yang bersertifikasi dari negara tujuan agar kualitasnya tetap terjaga,” ujar Turanto.
Pada sesi tanya jawab, Siswanto dari Bea Cukai Magelang menyampaikan pertanyaan terkait bagaimana langkah awal yang dilakukan oleh Bea Cukai Gresik apakah menghubungi pelatih ekonomi dari luar negeri atau langsung menghubungi buyer melalui berbagai platform?
Pertanyaan tersebut dijawab langsung oleh Eko Rudi, ia menjelaskan sebelum mengenalkan UMKM ke luar negeri harus terlebih dahulu mengenali UMKM tersebut. “Awalnya saya melakukan komunikasi informal dengan KBRI di negara tujuan, apabila komunikasi itu telah dilakukan, selanjutnya ada dua kemungkinan yaitu apakah melakukan proses business matching atau langsung dikenalkan praktisi yang berada di negara tujuan,” jelas Eko Rudi.
Comment here